By Lisa Nuryanti
Introspeksi diri? Sudah sering dengar deh. Kayanya biasa aja. Ga ada sesuatu yang baru. Ani baru saja dimarahi oleh atasannya. Marahnya sih ga seberapa. Ga pake teriak-teriak atau kata-kata keras dan kasar. Tapi tetap saja marah. Masalahnya apa? Salah Ani sendiri juga sih. Berbulan-bulan ini Ani ada masalah pribadi, jadinya kerja ya ga bisa fokus. Akibatnya penjualannya menurun drastis. Ya, jelas dong kalau atasan marah.
Tapi Ani jadi sakit hati. Dia tersinggung lah. Kok dimarahi. Biasanya bos ga marah, kok sekarang marah. Dia lupa bahwa seharusnya dia bersyukur selama ini atasannya tidak marah, dan baru marah sekarang. Coba kalau dapat atasan lain atau bekerja di perusahaan lain. Dari dulu dia sudah dimarahi terus menerus. Malah, jangan-jangan sudah dipecat.
Introspeksi diri?
Sebetulnya tidak sulit. Yang penting berpikir logis dan tidak emosional. Tapi ada yang bilang:"Saya emang emosional kok. Ga bisa logis." Ya sudah. Silahkan teruskan emosional sampai suatu saat dia akan terpaksa atau dipaksa untuk introspeksi diri juga.
Kalau kita tidak mau merubah sikap negatif, sebenarnya itu hanya menunda. Suatu hari kita mau tidak mau harus berubah. Dan mungkin akibatnya sudah semakin parah. Seperti orang yang mau berhenti dari narkoba. Kalau menunggu sampai benar-benar kecanduan, semakin berat untuk berubah. Bahkan mungkin terlambat. Tapi kalau masih baru dan segera berhenti menggunakan narkoba, maka akan lebih mudah dilakukan.
Introspeksi diri?
Lakukanlah sekarang. Jangan menunggu kesalahan kita menumpuk.
Introspeksi diri. Apaan sih?
Sadari kesalahan kita, lalu rubah menjadi yang lebih baik. Jangan menghindar. Jangan lari. Cukup mulai dengan kemauan untuk berubah!
"Change! If you run away, you only make it worse!" (Lisa Nuryanti)
No comments:
Post a Comment